Kamis, 24 Mei 2012

ACARA V PENETAPAN ANGKA-ANGKA ATTERBERG

LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH

 ACARA V
PENETAPAN ANGKA-ANGKA ATTERBERG

Semester :
Genap 2011/2012

Disusun oleh :
Nama                  : AKBAR RIZKI
NIM                    : A1C011019
Rombongan        : 9
Kelompok           : 3
Asisten :



KEMENTERIAN  PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2012


BAB I . PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
           Ringan beratnya suatu tanah bukan saja berhubungan dengan mudah tidaknya tanah diolah, namun juga berhubungan dengan gaya menahan air tanah, infiltrasi, dan perkolasi. Untuk menghindari faktor subyektif dalam mengklasifikasikan tanah berat atau ringan, dipakai standar angka. Setiap tanah mempunyai sifat mutu yang berbeda dalam mengolah tanah. Dibutuhkan suatu metode untuk menentukan apakah suatu tanah baik untuk pertanian, pembangunan atau bidang lain. Metode untuk menentukan tindakan pengolahan tanah adalah dengan menetapkan standar angka, yaitu metode penetapan Angka Atterberg
Atterberg tokoh yang pertama kali meneliti dan menggolongkan konsistensi tanah dalam hubungannya dengan kadar lengas, yaitu dengan menetapkan Batas Cair (BC), BG (Batas Gulung), Batas Lekat (BL), Batas Berubah Warna (BBW).
Jenis tanah tertentu mempunyai potensi kesuburan yang tinggi, tetapi karena tidak dilakukan perbaikan, tingkat kesuburannya maka hanya diperoleh hasil dengan aras sedang. Pembangunan pertanian yang lebih berorientasi pada efisiensi pemanfaatan sumberdaya alam dan aman lingkungan mendorong penyempurnaan konsep pengelolaan lahan sebagai sarana produksi pertanian. Keselarasan antara pendekatan pengelolaan lahan dengan dinamika ekosistem lahan menjadi faktor penting begitu pula konsistensi..
Konsistensi tanah adalah bagian dari Rheologi. Rheologi adalah ilmu yang mempelajari perubahan-perubahan bentuk (deformation) dan aliran (flow) suatu benda (Baver, 1959). Sifat-sifat Rheologi dapat dipelajari dengan menentukan angka-angka Atterberg yaitu angka-angka kadar air tanah pada beberapa macam keadaan. Angka-angka ini penting dalam menentukan tindakan pengolahan tanah karena pengolahan tanah akan sulit dilakukan kalau terlalu kering ataupun terlalu basah.



B.    Tujuan
1.     Mengetahui batas cair (BC)
2.     Mengetahui batas lekat (BL)
3.     Mengetahui batas gulung (BG)
4.     Mengetahui batas berubah warna (BBW)




























BAB II. METODE PRAKTIKUM

A.    Alat dan Bahan
Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum kali ini antara lain contoh tanah kering udara halus (diameter 0,5mm), Casagrande, Sotpwach, colet/ pastel, timbangan analitik, botol semprot, lap/ serbet, kertas label, lempeng kaca, oven, eksikator.

B.    Cara Kerja
a.      Batas Cair
1.     Disiapkan alat casagrande yang mempunyai tinggi jatuh 1 cm.
2.     Dibuat pasta tanah basah yang homogen secukupnya dengan cawan porselin.
3.     Latihan memutar alat casagrande dengan kecepatan konstan 2x per detik
4.     Dimasukkan pasta tanah yang telah dibuat di atas cawan Casagrande dan permukaanya diratakan dengan colet sampai setebal 1 cm, kemudian dengan colet pembelah pasta tanah dibelah ditengahnya dengan gerakan tegak lurus pada bidang cawan. Pada dasar cawan harus terlihat bagian yang bersih dari tanah, lebar alur yang terjadi 2mm.
5.     Alat Casagrande segera diputar dengan kecepatan konstan. Diamati sampai alur menutup selebar 1 cm, pemutaran dihentikan dan catat jumlah putaran yang diperlukan tadi.
6.     Setelah dapat diperoleh jumlah ketukan antara 10-40, ambil pasta tanah disekitar alur yang menutup sebanyak kurang lebih 10 gram dan ditetapkan kadar air tanahnya.
7.     Dikerjakan untuk 4 ulangan dengan banyak ketukan di atas 25, dua ulangan dan dibawah 25, dua ulangan
8.     Dihitung BC dengan rumus umum BC= KaN (N/25)0,121 dan dengan persamaan regresi y = a + bX

b.     Batas Lekat
1.      Diambil sisa pasta tanah pada acara BC, digumpalkan dalam tangan dan tusukkan colet ke dalamnya sedalam 2,5 cm dengan kecepatan 1 cm perdetik. Dapat juga dijalankan dengan digumpalkan pasta tanah dengan ujung colet sepanjang 2,5 cm ada di dalamnya dan kemudian colet ditarik dengan kecepatan 0,5 detik.
2.     Diperiksa permmukaan colet : 1). Bersih, tidak ada tanah lebih kering 2). Tanah atau suspensi tanah melekat, berarti pasta tanah lebih basah dari BL.
3.     Tergantung dari hasil pemeriksaan dalam langkah ke-2, pasta tanah dibasahi atau dikurangi kelembabannya dan langkah ke-1 diulang- ulang lagi sampai dicapai keadaan di permukaan colet di sebelah ujungnya melekat susupensi tanah seperti dempul sepanjang kira-kira 1/3 kali dalamnya penusukan ( kira-kira 0,8cm).
4.     Diambil tanah sekitar tempat tusukan sebanyak kurang lebih 10 gram  dan ditetapkan kadar airnya.
5.     Dikerjakan untuk 2 ulangan.
6.     Dihitung kadar airnya dari dua pengamatan. Ini merupakan kadar air batas lekat tanah.

c.      Batas Gulung
1.     Diambil pasta tanah kurang lebih 15 gram dan dibuat bentuk sosis atau pita tanah dengan cara digulung-gulungkan di atas lempeng kaca dengan telapak tangan yang digerakkan maju mundur tanpa ditekan. Pada waktu digolek-golekkan pasta tanah, digerakkan jari menjarang.
2.     Diperiksa tambang tanah yang terbentuk: 1). Tidak menunjukkan keretakan sewaktu mencapai tebal 3mm 2). Sudah retak- retak pada diameter lebih dari 3mm. Pada kejadian 1). Pasta tanah lebih basah dari BG dan pada kejadian 2) pasta tanah lebih kering.
3.     Diulangi lagi sampai diperoleh tambang tanah yang retak pada diameter 3mm. Diambil tambang tanah yang retak tersebut, masukkan ke dalam botol timbang untuk ditetapkan kadar airnya, dikerjakan untuk dua ulangan.
4.     Dihitung dari kedua pengamatan tersebut dihitung kadar airnya, ini merupakan kadar air batas gulung tanah.

d.     Batas Berubah Warna
1.     Dengan colet pasta tanah diratakan tipis dan permukaan licin mengkilat di atas permukaan papan kayu dan dibuat bentuk elips. Tebal bagian tengah 3mm, makin ke tepi makin menipis.
2.     Diletakkan pada tempat yang teduh dan diperangin-anginkan, air akan menguap dan mulai kering mulai dari tepi (bagian yang tipis) berjalan ke tengah.
3.     Setelah jalur yang kering pada bagian tepi mulai mengering selebar 0,5 cm dan 0,5cm , diambil bagian yang terang (kering) 0,5cm dan 0,5 cm bagian tanah yang berwarna gelap. Jadi diambil keseluruhan dari tepi 1cm.
4.     Dimasukkan ke dalam botol timbang dan ditetapkan kadar airnya. Dikerjakan untuk dua ulangan.
5.     Dihitung dari kedua pengamatan tersebut dihitung kadar airnya. Ini, merupakan kadar air batas berubah warna tanah.
































BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN


A.    Hasil Pengamatan

Contoh Tanah Inceptisol
1)      Tabel Batas Cair (BC)

Ulangan
Jumlah Ketukan
Botol timbang kosong (a) gr
a + contoh tanah (b) gr
b setelah dioven (c) gr
KA %

Ket : 10 - 25

1
11 ketukan
22,75 g
30,87 g
27,54 g
69,5 %
2
14 ketukan
22,87 g
30,10 g
27, 16 g
68,5 %

Ket : 25 - 40

1
36 ketukan
22,26 g
32,39 g
28,50 g
62,3 %
2
39 ketukan
22,92 g
32,92 g
29,02 g
63,9 %

2)      Tabel Batas Lekat (BL)

Ulangan
Botol Timbang Kosong (a) gr
a + contoh tanah (b ) gram
b setelah dioven (c)
KA %
1
22,18 g
32,39, g
23,26 g
42,2 %
2
22,34 g
32,92 g
27,01 g
55,8 %

 3) Tabel Batas Gulung (BG)

Ulangan
Botot Timbang Kosong (a) gr
a + contoh tanah (b) gr
b stelah dioven
KA %
1.
23,85 g
25,32 g
24,82 g
51,5 %
2.
22,71 g
24,03 g
23,57 g
53,54 %

     4) Tabel Batas Berubah Warna (BBW)

Ulangan
Botot Timbang Kosong (a) gr
a + contoh tanah (b) gr
b stelah dioven
KA %
1.
24,00 g
28,80 g
27,75 g
28 %
2.
22,88 g
26,83 g
29,91 g
30,36 %



                                                                          
Perhitungan : BC
                       
 Ketukan 10 – 25
Ulangan I BC = 69,5 % x  11     0,121
                                                       25
                                    = 69,5 %  x ( 0,44) 0,121
                                = 69,5 % x 0,91
                        = 63,25 %
Ulangan II BC = 68,5 % x   14    0,121
                                                         25
                                    = 68,5 %  x ( 0,56) 0,121
                                = 68,5 % x 0,93
                        = 63,86 %
Ketukan 25 – 40
Ulangan I BC = 62,3 % x    36    0,121
                                                         25
                                    = 62,3 %  x ( 1,44) 0,121
                                = 62,3 % x 1,05
                        = 65,11 %
Ulangan II BC = 63,9 % x    39    0,121
                                                           25
                                    = 63,9 %  x ( 1,56) 0,121
                                = 63,9 % x 1,06
                        = 67,43 %





B.     Pembahasan


Atterberg menggunakan angka-angka konsistensit anah. Angka-angka ini penting dalam menentukan tindakan pengolahan tanah., karena pengolahan tanah akan sulit dilakukan kalau tanah terlalu kering ataupun terlalu basah. (Black, 1965)

Batas mengalir (batas cair) adalah jumlah air terbanyak yang dapat ditahan tanah. Kalau air lebih banyak tanah bersama air akan mengalir. Dalam hal ini tanah diaduk dulu dengan air sehingga tanah bukan dalam keadaan alami. Hal ini berbeda dengan istilah kapasitas lapang (field capacity) yang menunjukkan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan tanah dalam keadaan alami atau undisturbed.  (Foth, 1998)
Batas Lekat (BL) adalah kadar air dimana tanah mulai tidak dapat melekat pada benda lain. Bila kadar air lebih rendah dari batas melekat, maka tanah tidak dapat melekat, tetapi bila kadar air lebih tinggi dari batas melekat, maka tanah akan mudah melekat pada benda lain (Wirjodihardjo, 1964).
Batas gulung atau batas menggolek adalah kadar air dimana gulungan tanah mulai tidak dapat digolek-golekkan lagi. Kalau digolek-golekkan tanah akan pcah-pecah ke segala jurusan. Pada kadar air lebih kecil dari batas menggolek tanah sukar diolah. (Hardjowigeno,2010)
Batas berubah warna atau titik ubah adalah jika tanah yang telah mencapai batas menggolek, masih dapat terus kehilangan air, sehingga tanah lambat laun akan menjadi kering dan pada suatu ketika tanah menjadi berwarna lebih terang. Titik ini dinamakan titk batas ganti warna atau titik ubah. (Hardjowigeno,2010)










Harkat angka-angka Atterberg menurut Harjowigeno (2010) adalah
Harkat
Batas Mengalir
BBW
Indeks Plastisitas
Jangka Olah
........................................................(% kadar air)........................................................
Sangat rendah
<20
1-3
0-5
1-3
Rendah
20-30
4-10
6-10
4-8
Sedang
31-45
11-18
11-17
9-15
Tinggi
46-70
19-30
18-30
16-25
Sangat tinggi
71-100
31-45
31-43
26-40
Ekstrim tinggi
>100
>45
>43
>40



Pada praktikm ini yang diamati adalah contoh tanah inseptisol, diperolehi batas cair untuk tanah inseptisoll pada ulangan I dan ulangan II yaitu 63,25% dan 63,86 %. Menunjukan bahwa batas cairnya tinggi. Dan itu sudah sudah sesuai dengan literatur yang ada .
Pada percobaan BL dilakukan ulangan sebanyak dua kali dengan membuat pasta tanah dari sisa percobaan BC, lalu digumpalkan dalam tangan dan ditusukkan colet kedalamnya sedalam 2.5 cm dengan kecepatan 0.5 detik. Didapat Ka pada ulangan I 42,2% dan pada ulangan II 55,8 %.
Percobaan BG  dilakukan juga sebanyak dua kali ulangan  dengan membuat pasta tanah yang kemudian di gulung sampai terjadi keretakan pada diameter 3 mm. Diperoleh Ka pada ulangan I 51,5% dan pada ulangan ke II 53,4%.
Percobaan BBW dilakukan ulangan serbanyak dua kali dengan membuat Dalam percobaan BBW dilakukan ulangan sebanyak 2 kali dengan membuat colet pasta  tanah yang diratakan tipis pada permukaan kayu, diangin-anginkan sampai bagian tepi kering, lalu dimasukkan ke dalam botol timbang, lalu di masukkan tanah Inseptisol  ke dalam botol dan di oven.  Di peroleh Ka pada ulangan I 28% dan pada ulangan II 30,36%.
Aplikasi angka-angka atterberg untuk bidang pertanian antara lain untuk penyiapan tanah, kisaran jangka olah merupakan hal yang sangat penting. Tanah yang baik harus mudah diolah pada kondisi lengas yang cukup lebar tanpa menimbulkan masalah dalam pengolahan maupun pengaruhnya terhadap tanah yang diolah.










              











BAB IV. KESIMPULAN

1.        Tanah inseptisol mempunyai BC berkisar antara 63,25% - 67,43%, hal ini menunjukkan bahwa jumlah air yang tekandung dalam tanah inseptisol relatif tinggi.
2.          Tanah inseptisol pada percobaan batas lekat mempunyai kadar air 42,2%- 55,8%. Hal ini mengindikasikan bahwa tanah inseptisol mempunyai batas lekat yang tinggi.
3.            Tanah inseptisol pada percobaan batas gulung mempunyai kadar air 51,5% - 53,4%. Hal ini mengindikasikan bahwa tanah inseptisol mempunyai batas gulung yang tinggi.
4.      Tanah inseptisol pada percobaan batas berubah warna mempunyai kadar air 28%-30,36%. . Hal ini mengindikasikan bahwa tanah inseptisol mempunyai batas berubah warna yang tinggi.



DAFTAR PUSTAKA.     

Black, C. A. 1965. Methods of Soil Analysis part.1. Am. Soc. Agron. Publ. Madison.
Wisconsin : USA.
Foth, Henry d. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.
Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo : Jakarta.
Wirjodihardjo, M. w. dan K. H. Tan. 1964. Ilmu tanah. Jilid II. Prasnyaparamita : Jakrta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar