LAPORAN
PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU
TANAH
ACARA II
PENETAPAN KADAR
AIR TANAH
Semester :
Genap 2011/2012
Disusun oleh :
Nama : AKBAR RIZKI
NIM : A1C011019
Rombongan : 9
Kelompok : 3
Asisten : Soffa Zukhrofati
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN
KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2012
BAB I. PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Tanah mempunyai peranan
penting dalam siklus hidrologi. Kondisi tanah menentukan jumlah air yang masuk
ke dalam tanah dan mengalir pada permukaan tanah. Jadi tidak hanya berperan
sebagai media pertumbuhan tanaman tetapi juga sebagai media pengatur air.
Analisis tanah membantu penyelidikan produktivitas dan penentuan tindakan
pengolahan tanah. Hal ini dibutuhkan karena kondisi setiap tanah berbeda-beda
bergantung pada proses pembentukannya. Proses pembentukan tanah dipengaruhi
oleh faktor lingkungan (pedogenesis) maupun kegiatan manusia (metapedogenesis).
Air terdapat di dalam tanah karena ditahan/diserap oleh masa tanah,
tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan drainase yang kurang baik.
Air
mempunyai fungsi yang penting dalam tanah. Antara lain pada proses
pelapukan mineral dan bahan organik tanah, yaitu reaksi yang mempersiapkan hara
larut bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu, air juga berfungsi sebagai
media gerak hara ke akar-akar tanaman. Akan tetapi, jika air terlalu banyak tersedia,
hara-hara dapat tercuci dari daerah-daerah perakaran atau bila evaporasi
tinggi, garam-garam terlarut mungkin terangkat kelapisan tanah atas. Air yang
berlebihan juga membatasi pergerakan udara dalam tanah, merintangi akar tanaman
memperoleh O2 sehingga dapat mengakibatkan tanaman mati.
Jumlah air yang diperoleh tanah sebagian bergantung
pada kemampuan tanah yang menyerap air cepat dan meneruskan air yang diterima
dipermukaan tanah ke bawah. Berdasarkan gaya yang bekerja pada air tanah yaitu
gaya adhesi, kohesi dan gravitasi, maka air tanah dibedakan menjadi: air
higroskopis,air kapiler dan air gravitasi.
Kandungan
air tanah dapat ditentukan dengan beberapa cara. Sering dipakai istilah-istilah
nisbih, seperti basah dan kering. Kedua-duanya adalah kisaran yang tidak pasti
tentang kadar air sehingga istilah jenuh dan tidak jenuh dapat diartikan yang
penuh terisi dan yang menunjukkan setiap kandungan air dimana pori-pori belum
terisi penuh. Jadi, yang dimaksud dengan kadar air tanah adalah jumlah air yang
bila dipanaskan dengan oven yang bersuhu 105°C hingga diperoleh berat tanah
kering yang tetap.
B.
Tujuan
Menetapkan kadar air contoh tanah kering udara, kapasitas lapang dan kadar
air maksimum tanah dengan metode gravimetri (perbandingan massa air dengan
massa padatan tanah) atau disebut berdasarkan % berat.
BAB.
II METODE KERJA
A. Alat dan
Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah contoh tanah kering
angin, botol timbang, timbangan analitis, keranjang kuningan, cawan tembaga
porus, bejana seng, kertas label, spidol, pipet ukur 2mm, bak perendam, serbet,
kertas saring, oven, tang penjepit dan eksikator.
B. Cara Kerja
a.
Kadar Air Tanah Kering Angin (Udara)
1)
Botol
timbang dan penutupnya dibersihkan, diberi label, lalu ditimbang (= a gram).
2)
Botol
timbang diisi dengan contoh tanah kering angin yang berdiameter 2 mm, kurang
lebih setengahnya, ditutup, lalu ditimbang kembali (= b gram).
3)
Botol
timbang yang berisi tanah dimasukan ke dalam oven dengan keadaan tutup terbuka.
Pengovenan dilakukanpada suhu 105-1100C selaqma minimal 4 jam.
4)
Setelah
waktu pengovenan selesai, botol timbang ditutup kembali dengan menggunakan tang
penjepit.
5)
Botol
timbang yang telah ditutup dikeluarkan dari oven dengan menggunakan tang
penjepit, lalu dimasukkan ke dalam eksikator selama 15 menit.
6)
Setelah itu,
botol timbang diambil satu persatu dengan menggunakan tang penjepit untuk
ditimbang dengan timbangan yang sama (= c gram).
Perhitungan :
Kering udara = (b – a) x 100%
(c – a)
b.
Kadar Air Kapasitas Lapang
1)
Keranjang
kuningan dibersihkan, diberi label kemudian ditimbang (= a gram)
2)
Keranjang
kuningan yang telah ditimbang diletakkan ke dalam bejana seng.
3)
Contoh tanah
kering angin 2mm dimasukkan ke dalam keranjang kuningan setinggi 25 cm(sampai
tanda batas) secara merata tanpa di tekan.
4)
Diteteskan
air sebanyak 2 ml dengan pipet ukur secara perlahan-lahan pada 3 titik
tanpa bersinggungan (1 titik =0,67 ml), kemudian bejana seng
ditutup, diletakkan ditempat yang teduh dan dibiarkan selama 15 menit.
5)
Keranjang
kuningan dikeluarkan dari bejana seng, diayak dengan hati-hati hingga
tertinggal 3 gumpalan tanah lembab, lalu ditimbang (= b gram)
Kapasitas Lapang : 2
x 100% + Ka
b- (a+2)
c.
Kadar Air Maksimum Tanah
1)
Cawan
tembaga porus dan Petridis dibersihkan dan diberi label secukupnya 2)
2)
Pada dasar
cawan tembaga porus diberi kertas saring, dijenuhi air dengan menggunakan botol
semprot. Kelebihan air dibersihkan dengan serbet (lap), dimasukkan ke dalam
Petridis kemudian ditimbang (= a gram).
3)
Cawan
tembaga porus dikeluarkan dari Petridis, isi dengan contoh tanah halus ( 0,5
mm) kurang lebih 1/3-nya, Cawan diketuk-ketuk perlahan sampai permukaan
tanahnya rata, Contoh tanah halus ditambahkan lagi 1/3-nya dengan jalan yang
sama sampai cawan tembaga porus penuh dengan tanah . Kelebihan
tanah diatas cawan diratakan dengan colet.
4)
Cawan
tembaga porus direndam dalam bak perendam dengan ditumpu batu dibawahnya agar
air bebas masuk kedalam cawan tembaga porus Perendaman dilakukan selama 12 -16
jam.
5)
Setelah
waktu perendaman selesai, cawan tembaga porus diambil dari bak perendam.
Permukaan tanah yang mengembang diratakan dengan colet, dibersihkan dengan
serbet (lap), dimasukkan ke dalam cawan Petridis yang digunakan pada
waktu penimbangan paertama, lalu ditimbang (= b gram).
6)
Cawan
tembaga porus dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu 105-110ºC.
7)
Cawan
tembaga porus dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu 105-110 derajat
Celcius.
8)
Setelah
waktu pengovenan selesai, cawan diangkat dengan tang penjepit dan dimasukkan ke
dalam eksikator selama 15 menit. Setelah itu diambil dengan tang penjepit
kemudian ditimbang beratnya (= c gram).
9)
Tanah yang
ada di dalam cawan tembaga porus dibuang, cawan tembaga porus dibersihkan
dengan kuas, dialasi dengan Petridis yang sama lalu ditimbangberatnya (= d
gram)
Kadar air maksimum = (b – a)
- (c – d) x 100 %
(c – d)
BAB III. HASIL PENGAMATAN DAN
PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1.
Penetapan kadar air pada tanah kering udara
Tabel hasil pengamatan
Ulangan
|
Botol
timbang kosong (a) gram
|
a + Contoh
tanah (b) gram
|
b Setelah
Dioven
(c) gram
|
Kadar air
(%)
|
Ka 1
|
22,7132
|
30,2113
|
28,3502
|
33,01%
|
Ka 2
|
22,9126
|
29,2810
|
27,6737
|
33,75%
|
Rata-rata
|
33,38%
|
Keterangan :
a = Botol Timbang Kosong per gram
b = a + Contoh Tanah per gram
c = b
Setelah Dioven per gram
2. Penetapan kadar air pada kapasitas lapang
Tabel hasil pengamatan
Ulangan
|
Keranjang
kuning kosong (a) gram
|
a +
Gumpalan tanah basah (b) gram
|
Kadar air
(%)
|
KL-1
|
32,3032
|
43,2983
|
55,24%
|
KL-2
|
31,6678
|
43,6018
|
53,88%
|
Rata-rata
|
54,56%
|
Keterangan :
a = Keranjang kuning kosong per gram
b = a + Gumpalan tanah basah
3.
Penetapan kadar air maksimum
Tabel hasil pengamatan
Ulangan
|
Cawan + kertas saring jenuh + petridish (a) gram
|
(a) + tanah basah jenuh air (b) gram
|
(b) setelah dioven 24 jam (c) gram
|
Petridish + cawan + kertas saring setelah dioven (d) gram
|
Kadar air maksimum (%)
|
KAM 1
|
66,3929
|
118, 5360
|
89,2913
|
65,2469
|
116,86%
|
KAM 2
|
90,5331
|
137,9870
|
110,3458
|
89,3619
|
126,14%
|
Rata-rata
|
121,5%
|
Keterangan :
a = Cawan + kertas saring jenuh + petridish
b = a + Tanah basah jenuh air
c = b +
Setelah dioven 24 jam
d = Petridish
+ cawan + kertas saring setelah dioven
Perhitungan :
1.
Tanah kering udara
a. Ka-1
= (b – c) x 100%
(c – a)
= (30,2113-28,3502) x 100%
(28,3502-22,7132)
= 33,01 %
b. Ka-2
= (b – c) x 100%
(c – a)
=
(29,2810-27,6737) x 100%
(27,6737-22,9127)
=
33,75%
2. Kapasitas lapang
a. KL-1
=
2 x
100% + Ka1
b
– (a + 2)
= 2
x
100% + 33,01%
43,2983 –
(32,3032+2)
=
55,24%
b. KL-2 =
2 x 100% + Ka2
b – (a + 2)
= 2 x 100 % +
33,75%
43,6018 – (31,6678 + 2)
=
53,88%
3.
Kadar air maksimum
a. KAM-1 =
(b – a) – (c – d ) x 100%
(c
– d)
=
(118,5360-66,3929) – (89,29137-65,2469) x 100 %
(89,2913 – 65,2469)
= 116,86%
a. KAM-2
= (b – a) – (c – d ) x 100%
(c
– d)
=
(137,9870-90,5331) – (110,3458-89,3619) x 100 %
(110,3458-89,3619)
=
126,14%
B.
Pembahasan
Menurut Hardjowigeno (1992) bahwa air terdapat dalam
tanah karena ditahan (diserap) oleh massa tanah, tertahan oleh lapisan kedap
air, atau karena keadaan drainase yang kurang baik. Air dapat meresap atau ditahan
oleh tanah karena adanya gaya-gaya adhesi, kohesi, dan gravitasi. Karena adanya
gaya-gaya tersebut maka air dalam tanah dapat dibedakan menjadi :
1.
Air higroskopis,
Air higroskopis adalah air yang diserap tanah sangat kuat sehingga tidak
dapat digunakan tanaman, kondisi ini terjadi karena adanya gaya adhesi antara
tanah dengan air. Air higroskopis merupakan selimut air pada permukaan
butir-butir tanah.
2.
Air kapiler,
Air kapiler adalah air tanah dimana daya kohesi (gaya tarik-menarik antara
sesama butir-butir air) dan gaya adhesi (antara air dan tanah) lebih kuat dari
gravitasi. Air ini dapat begerak secara horisontal (ke samping) atau vertikal
(ke atas) karena gaya-gaya kapiler. Sebagian besar dari air kapiler merupakan
air yang tersedia (dapat diserap) bagi tanaman.
3.
Air gravitasi,
Air gravitasi adalah bagian dari air tanah yang tidak dapat ditahan oleh
tanah dan mengalir secara bebas karena pengaruh gaya gravitasi. Jumlah air yang
ditahan oleh tanah setelah air gravitasi habis disebut air kapasitas lapang,
dengan besarnya tekanan sekitar 1/3 atmosfer. (Hasan, 2011).
Kapasitas
lapang adalah kandungan lengas maksimum yang terseia untuk pertumbuhan tanaman.
Pengukuran dapat dilaksanakan dengan membasahi tanah sampai lewat jenuh
kemudian dibiarkan air mengatur bebas karena gravitasi selama 48 jam. Pada
kondisi ini tanah mengandung lengas maksimum yang tersedia untuk tanaman. Pori
makro terisi udara, sedangkan pori mikro sebagian terisi air yang tersedia.
Pada umumnya harkat kandungan lengas kapasitas lapang meningkat berdasarkan
urutan-urutan : pasir < debuan < geluhan < lempung < gambut. Air
tersedia merupakan selisih antara kapasitas lapang dan titik layu yang besarnya
dipengaruhi tekstur, tetapi berbeda dengan kapasitas lapang. Sedangkan titik
layu permanen merupakan pada titik terbawah daerah kelembaban yang tersedia.
Suatu tanaman akan layu bila tidak bisa memperoleh air yang dibutuhkan.
Kelayakan sementara akan terjadi pada banyak tanaman pada suatu hari yang panas
dan angin bertiup, tetapi tanaman pulih kembali. Pada saat hari yang lebih
sejuk kelayuan permanen begitu pula kelayuan sementara tergantung pada besarnya
pemakaian air oleh tanaman (Sambroek, 1969).
Kadar air
maksimum suatu jenis tanah ditentukan oleh daya hisap matriks atau partikel
tanah, kedalaman tanah dan pelapisan tanah (Hakim, 1986).
Kadar air kering udara berguna
untuk mengetahui kadar air yang terkandung pada sampel tanah atau tanaman yang
sudah dikering udarakan. Berfungsi sebagai faktor kadar air pada setiap
perhitungan analisa.
Berdasarkan
data yang diperoleh pada percobaan tanah kering udara pada tanah Andisol mempunyai kadar air tanah kering udara pada
ulangan I yaitu 33,01%, dan pada ulangan II yaitu 33,75 % dengan rata-rata 33,38%.
Hal ini
disebabkan oleh kadungan bahan organik antara 2- 8 % dengan kapasitas
pengikatan air yang tinggi sehingga terasa seperti sabun jika diremas (Munir,
1996).
Berdasarkan data yang diperoleh pada percobaan
penetapan kadar air kapasitas lapang tanah Andisol pada ulangan pertama diperoleh 55,24 % dan pada ulangan kedua sebesar
53,88% dengan rata-rata adalah 54,56 %.
Berdasarkan
percobaan penetapan kadar air maksimum
pada tanah Andisol dapat diperoleh data yaitu pada KAM-1 sebesar 116,86%
dan KAM-2 sebesar 126,14% dengan rata-rata 121,5 %.
Menurut Raes
(1988) Kandungan air antara kapasitas lapang dan titik kritis disebut RAW (Readily
Available Water). Perbandingan antara RAW dengan total air tanah yang
tersedia dipengaruhi oleh iklim, evapotranspirasi, tanah, jenis tanaman dan
tingkat pertumbuhan tanaman.
Kadar
air tanah dipengaruhi oleh kadar bahan organik tanah dan kedalaman solum, makin
tinggi kadar bahan organik tanah akan makin tinggi kadar air, serta makin dalam
kedalaman solum tanah maka kadar air juga semakin tinggi (Hanafiah, 2007)
Berikut ini adalah jawaban dari pertanyaan halaman 5
diktat, yaitu :
1. Air
higroskopis adalah air yang diabsorbsi oleh tanah dengan sangat kuat, sehingga
tidak tersedia dalam jumlah banyak bagi tanaman. Air kapiler adalah air tanah
yang tertahan oleh tanah karena gaya adhesi dan kohesi yang lebih besar dari
pada gaya gravitasinya. Sedangkan air gravitasi adalah air yang tidak bisa
ditahan oleh tanah akibat gaya gravitasi yang menyebabkan air meresap ke bawah.
2. Diketahui
kadar air tanah kering udara = 25 % ; bobot tanah kering mutlak 24 gram, maka
bobot tanah kering udara adalah :
Ka = Bobot
tanah kering udara x 100
%
Bobot tanah kering mutlak
= 25 x 100 %
24
= 104,16 %
3. Faktor-
faktor yang mempengaruhi kadar air tanah adalah
a.
Kemampuan
tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah. Tanah-tanah
bertekstur kasar mempunyai daya menahan air yang lebih kecil daripada tanah
yang bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir
umumnya lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau
liat.
b. Kadar bahan
organik tanah (BOT). Semakin tinggi kadar BOT akan makin tinggi kadar dan
ketersediaan air tanah.
c.
Senyawa
kimiawi. Semakin banyak senyawa kimiawi di dalam tanah akan menyebabkan kadar
dan ketersediaan air tanah menurun. Tanah kering udara adalah tanah yang tidak
terkena cahaya matahari langsung.
Faktor lainnya yang mempengaruhi kadar air tanah adalah tekstur tanah, dengan
adanya perbedaan jenis tekstur tanah dapat menggambarkan tingkat kemampuan
tanah untuk mengikat air, contohnya tanah yang bertekstur liat lebih mampu
mengikat air dalam jumlah banyak dibandingkan tanah yang bertekstur pasir,
sedangkan tanah bertekstur pasir lebih mampu mengikat air daripada tanah
bertekstur debu.
Faktor lain yang mempengaruhi kadar air tanah adalah struktur tanah, pori
tanah, dan peremeabilitas tanah. Tanah yang mempunyai ruang pori lebih banyak
akan mampu menyimpan air dalam jumlah lebih banyak karena ruang-ruang pori
tanah akan terisi oleh air.
BAB V. KESIMPULAN
1.
Berdasarkan gaya yang bekerja pada air
tanah yaitu gaya adhesi, kohesi dan gravitasi, maka air tanah dibedakan
menjadi: air higroskopis,air kapiler dan air gravitasi.
2.
Faktor- faktor yang mempengaruhi kadar air tanah
diantaranya kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur
tanah, .
kadar bahan
organik tanah (BOT), dan Senyawa kimiawi serta faktor lainnya.
3. Berdasarkan
percobaan dapat diperoleh hasil :
·
Penetapan kadar air
tanah kering udara, tanah Andisol adalah sebesar 33,38 %.
·
Penetapan kadar air
kapasitas lapang, tanah Andisol adalah sebesar 54,56 %.
·
Penetapan kadar air
maksimum, tanah Andisol adalah sebesar 121,5 %.
DAFTAR PUSTAKA
Hakim, N. Et all. 1986.
Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas
Lampung : Lampung.
Hanafiah, K., A. 2007. Dasar-Dasar ILmu Tanah. Jakarta :Rajawali Press
Hanafiah, K., A. 2007. Dasar-Dasar ILmu Tanah. Jakarta :Rajawali Press
Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo
: Jakarta
Hasan, 2011. HUBUNGAN AIR, TANAH DAN
TANAMAN. http://hasanagroteknos09.wordpress.com/2011/11/18/hubungan-air-tanah-dan-tanaman/. Diakses tanggal 8 Mei 2012.
Munir, M., 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia. PT. Dunia Pusataka Jaya : Jakarta
Raes,
D. , Herman L. , Paul V. A. Matman dan V.B Martin. 1987. Irrigation Schedulling Information Sistem. Katholike Universiteit
Leuven : Leuven.
Sambroek
. 1967 . Amazon Soils . Centre for
Agricultural Publivatins and Documentation
Tidak ada komentar:
Posting Komentar